Halo teman blogger, beberapa waktu ini saya mendengar adanya perdagangan anjing yang dilakukan di Yogyakarta, yaitu dengan menerima pengiriman sejumlah anjing dari daerah Pangandaran - Jawa Barat.
Perdagangan anjing ini dilakukan dengan cara
mengangkut sejumlah anjing dengan cara yang kejam dan dibawa ke
Yogyakarta untuk diperjual belikan.
Perdagangan daging anjing untuk konsumsi adalah
bukan hal yang wajar, karena pada dasarnya anjing adalah bukan bintang
untuk konsumsi umum, dan apabila hal ini tidak dihentikan anak-anak cucu
kita akan mengikuti dan mereka akan menjadi anak-anak yang kejam dan
tidak ada rasa sayang kepada binatang, dimana dalam hal ini anjing
seharusnya adalah sahabat manusia, bukan hewan konsumsi.
Berikut saya lampirkan posting mengenai hal ini yang saya dapat via Facebook :
Anjing ini menitikkan airmata.
Ia satu dari sekitar enampuluh ekor anjing yang
pagi itu tiba di Jogja dari Pangandaran, Jawa Barat. Sejak berangkat
tubuh mereka disekap dalam karung dan moncongnya dibebat erat rafia.
Sebetulnya inilah akhir langkah mereka sebagai mahluk hidup. Karena
mereka tidak akan pernah lagi mencecap makanan, seka
lipun rempahan kerupuk, dan hanya minum dari
guyuran air sungai atau tetesan hujan atas kebaikan sopir truk dan
awaknya yang tidak akan membiarkannya menjadi bangkai di tengah
perjalanan panjang. Mereka baru akan lepas dari bagor dan rafianya
setelah melepas nyawa.
A dog is the only thing on earth that loves you
more than you love yourself. Ucapan Josh Billings seorang penulis
Amerika ini menunjukkan tugas anjing di bumi. Ia menjaga rumah kita. Ia
menemani kita. Ia menyambut dan menyayangi kita dalam keadaan apapun.
Ooh anjing itu mens best friend! seru fotografer senior Don Hasman
beberapa hari silam. Anjing mahluk setia! Justru manusia yang sering
tidak setia! Kata-kata Oom Don menggenapi ungkapan hati musisi Don Van
Vliet, You can tell by the kindness of a dog how a human should be.
Anjing malang tadi menangisi dirinya dan
teman-temannya. Tiba di tujuan mereka diturunkan dari truk dengan
digajuli atau dilempar satu per satu seperti karungan sampah. Sebuah
kamar pengap menyekap mereka. Tak ada makanan, tak ada air, tak ada
gonggongan. Mereka hanya saling menatap dan mendengarkan tangis. Tangis
diri mereka sendiri-sendiri. Karena suara yang tertahan di kerongkongan
hanya akan terjun ke dalam, ke batin.
Mereka menangis sebab divonis tak berguna. Mereka
akan memberikan lebih dari yang sudah pernah dilakukannya untuk manusia
jika dianugerahi kesempatan. Tapi orang-orang di sekeliling mereka
mengharap kalkulasi yang eksak: bathi, keuntungan. Itu sebabnya tak ada
secuilpun makanan untuk mereka, karena akan mencuil laba.
Seusai order para pedagang sengsu penjagal akan
mengeluarkan kelompok demi kelompok. Dan satu demi satu dihajar pukulan
batang kayu tepat di kepala. Di hadapan teman-temannya yang menunggu
hitungan. Entah mati entah pingsan penjagal dengan dingin memutuskan
leher dan semangat hidupnya.
Ayam, kambing, dan sapi lebih beruntung karena
Dinas Peternakan selalu memantau dan menjaga kondisinya sebelum
diserahkannya tubuhnya untuk kebutuhan manusia. Sebagian orang yang
bekerja untuk kebutuhan itupun masih mengucap syukur saat melakukan
tugasnya. Bahkan ada yang mengelus punggungnya dan menepuk-nepuk
kepalanya sebagai ungkapan terimakasih. Anjing-anjing ini dilibas dengan
keji seolah mereka bukan ciptaan Tuhan.
Saya mohon dengan sangat bantuan dari Bapak Sultan untuk membantu menghentikan perdagangan ini.
Dan harapan saya adalah hentikan segala kekejaman ini, mereka juga mempunyai perasaan
Apabila ada kata-kata yang kurang pantas saya mohon maaf sebelumnya.
Terma kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar